Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Bulukumba pada akhir bulan oktober kemarin telah melaksanakan Latihan Kader Muda (LAKMUD) Angkatan VII. LAKMUD ini diadakan kembali dengan rentang waktu yang cukup lama karena LAKMUD angkatan VI dilaksanakaan pada awal-awal tahun 2013.
Meski jeda begitu lama, namun panitia pelaksana tetap bersemangat dalam melaksanakan kegiatan yang merupakan pintu kaderisasi formal IPNU-IPPNU. Dukungan dari orang tua NU, senior dan sesepuh IPNU-IPPNU Kabupaten Bulukumba tentu menjadi pelecut semangat panitia.
Kerjasama dan kerja keras rekan-rekanita panitia pelaksana akhirnya membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. Kegiatan ini berhasil melahirkan 41 orang kader IPNU-IPPNU yang baru dan diharapkan menjadi kader-kader militan sesuai dengan temanya "Melahirkan Kader Ahlussunnah wal Jamaah Militan, Terpelajar dan Bertaqwa".
Kegiatan ini dibuka oleh Katib Syuriah PCNU Kabupaten Bulukumba Drs. H. Syarkawi, M.Pd.i.. Dalam sambutannya beliau berpesan agar kegiatan-kegiatan seperti ini harus terus dilaksanakan secara kontinuitas dan kegiatan-kegiatan kaderisasi informal dan non formal pun demikian.
Pesan Katib Syuriah kini berhasil direalilsasikan oleh Pengurus beserta kader baru IPNU-IPPNU Kabupaten Bulukumba. Kajian rutin menjadi jawabanya.
Pada tanggal 12 November kemarin, kajian rutin yang insya Allah akan dilaksanakan setiap bulan ditempat berbeda, materi dan pemateri berbeda, serta agenda selingan berbeda dilaksanakan di Kampus III Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Gazali Bulukumba. Adalah kanda rekanita Mardiana, S.Pd.I menjadi narasumber/pemateri dalam kajian tersebut dengan tema retorika dan keprotokoleran. Dalam materinya, rekanita yang juga salah satu inisiator terbentuknya PC. IPNU-IPPNU Kabupaten Bulukumba ini mengatakan betapa pentingnya kader IPNU-IPPNU memiliki kemampuan dalam bidang keprotokoleran, karena selain di organisasi, keprotokoleran juga sangat dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat.
Ketua Cabang IPPNU, rekanita Salma T. Nur juga menyempatkan hadir dalam kajian yang dihadiri oleh 48 kader. Setelah materi kajian selesai, rekanita salma menyempatkan berbicara sedikit di depan kader-kader baru betapa pentinya menjaga silaturrahim antar sesama kader. selain itu beliau juga kembali menegaskan komitmennya untuk kembali aktif dan mengabdi untuk IPPNU setelah sebelumnya banyak berada di luar daerah.
Kamis, 19 November 2015
Jumat, 13 November 2015
Rabu, 11 November 2015
Sejarah Singkat Berdirinya IPNU IPPNU
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (disingkat IPNU) adalah badan otonom
Nahldlatul Ulamayang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada
segmen pelajar dan santri putra. IPNUdidirikan di Semarang pada tanggal
20 Jumadil Akhir 1373 H/ 24 Pebruari 1954, yaitu pada KonbesLP Ma’arif
NU. Pendiri IPNU adalah M. Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa
(Solo),dan Abdul Ghony Farida (Semarang).Ketua Umum Pertama IPNU adalah
M. Tholhah Mansoer yang terpilih dalam Konferensi SegiLima yang
diselenggarakan di Solo pada 30 April-1 Mei 1954 dengan melibatkan
perwakilan dariYogyakarta, Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri.Pada
tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde Baru, IPNU
mengubahkepanjangannya menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Sejak saat
itu, segmen garapan IPNUmeluas pada komunitas remaja pada umumnya. Pada
Kongres XIV di Surabaya pada tahun 2003,IPNU kembali mengubah
kepanjangannya menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama”. Sejak saat itu
babak baru IPNU dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertekad
mengembalikan basisnya disekolah dan pesantren.Visi IPNU adalah
terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu,
berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas
tegak dan terlaksananyasyari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal
jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Untuk
mewujudkan visi tersebut, IPNU melaksanakan misi: (1) Menghimpun
danmembina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi; (2)
Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa;
(3) Mengusahakan tercapainya tujuan organisasidengan menyusun landasan
program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat(maslahah
al-ammah), guna terwujudnya khaira ummah; (4) Mengusahakan jalinan
komunikasi dankerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan
organisasi.Sebagai salah satu perangkat organisasi NU, IPNU menekankan
aktivitasnya pada programkaderisasi, baik pengkaderan formal, informal,
maupun non-formal. Di sisi lain, sebagai organisasi pelajar, program
IPNU diorientasikan pada pengembangan kapasitas pelajar dan santri,
advokasi, penerbitan, dan pengorganisasian pelajar.Kini IPNU telah
memiliki 33 Pimpinan Wilayah di tingat provinsi dan 374 Pimpinan Cabang
ditingkat kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2008, anggota IPNU telah
mencapai lebih dari 2 juta pelajar santri yang telah tersebar di seluruh
Indonesia.Disini IPPNU tidak akan lepas dari sejarah IPNU, karena
merupakan satu wadah yangsama untuk para pelajar dengan latar belakang
NU. Sehingga lahirnya IPPNU pun juga karena para pelajar putri yang
tergabung dalam IPNU ingin mempunyai wadah sendiri, yang tidak menjadi
satudengan para pelajar putra. Ini bisa dimaklumi, karena pada saat itu
sudah mulai muncul konflik gender yang imbasnya juga sampai pada negara
kita. Maka para pelajar putri ingin mendapatkan“keistimewaan” yang
lebih.
Lahirnya IPPNU
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putriyang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolanini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU danBanom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akandiadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malangdinamakan IPNU putri.Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955,ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesaneksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang danKediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (MahmudahMawardi). Dari pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan yakni:
•Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
•Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiranIPNU putri.
•Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabangselanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu
Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib
•PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
•Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepadaPB Ma’arif NU.
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putriyang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolanini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU danBanom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akandiadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malangdinamakan IPNU putri.Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955,ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesaneksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang danKediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (MahmudahMawardi). Dari pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan yakni:
•Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
•Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiranIPNU putri.
•Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabangselanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu
Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib
•PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
•Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepadaPB Ma’arif NU.
Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).Dalam perjalanan
selanjutnya, IPPNU telah mengalami pasang surut organisasi dan berbagai
peristiwa nasional yang turut mewarnai perjalanan organisasi ini.
Khususnya di tahun 1985, ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No.
08 tahun 1985 tentang keormasan khususorganisasi pelajar adalah OSIS,
sedangkan organisasi lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnyatidak
diijinkan untuk memasuki lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada
Kongres IPPNU IX diJombang tahun 1987, secara singkat telah
mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNUyang kepanjangannya
“Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama” berubah menjadi “Ikatan
Putri-Putri Nahdlatul Ulama”.Selanjutnya, angin segar reformasi telah
pula mempengaruhi wacana yang ada dalamIPPNU. Perjalanan organisasi
ketika menjadi “putri-putri” dirasa membelenggu langkah IPPNUyang
seharusnya menjadi organisasi pelajar di kalangan NU. Keinginan untuk
kembali ke basissemula yakni pelajar demikian kuat, sehingga pada
kongres XII IPPNU di Makasar tanggal 22-25Maret tahun 2000
mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis pelajar dan
penguatan wacana gender. Namun, pengembalian ke basis pelajar saja
dirasa masih kurang. Sehingga pada Kongreske XIII IPPNU di Surabaya
tanggal 18-23 Juni 2003, IPPNU tidak hanya mendeklarasikan kembalike
basis pelajar tetapi juga kembali ke nama semula yakni “Ikatan Pelajar
Putri NahdlatulUlama”.
Dengan perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan komitmennya untuk
memberikan kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya di kalangan
pelajar putridengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat pada
kepentingan politik praktis yang bisamembelenggu gerak organisasi. Namun
perlu juga dipahami bahwa akronim “pelajar” lebihdiartikan pada upaya
pengayaan proses belajar yang menjadi spirit bagi IPPNU dalam
berinteraksidan bersosialisasi dengan seluruh komponen masyarakat
Indonesia dengan mengedepankanidealisme dan intelektualisme
(Dikutib dari beberapa sumber)
(Dikutib dari beberapa sumber)
Langganan:
Postingan (Atom)